Kenali Ciri-ciri Obesitas pada Anak

Anak gemuk memang menggemaskan, tapi kondisi ini bukan berarti tidak bisa menimbulkan risiko kesehatan, seperti obesitas. Obesitas pada anak dipengaruhi oleh berbagai faktor. Penyebab obesitas utamanya karena ketidakseimbangan asupan sumber energi yang masuk ke tubuh dengan jumlah energi yang dibakar atau dikeluarkan dan menyebabkan penumpukan jaringan lemak tubuh yang berlebihan. Sebagai orangtua, kita wajib meningkatkan kewaspadaan pada masalah kesehatan ini. Kenali gejala dan cara mengatasi obesitas pada anak berikut ini.

Kondisi yang Menentukan Obesitas pada Anak

Dikutip dari Mayo Clinic, tidak semua anak yang kelebihan berat badan disebut obesitas. Lemak yang mengumpul di tubuh anak menjadi bekal untuk pertumbuhan dan perkembangan si kecil. Bagi anak yang berusia kurang dari 5 tahun, berat badan ideal diukur lewat kurva yang dirancang oleh Kementerian Kesehatan Indonesia seperti di bawah ini:

Dapat disimpulkan, berat badan anak yang lebih dari rentang tersebut menandakan anak kelebihan berat badan atau obesitas.

Selain indeks berat badan, hal sederhana yang dapat membantu kita untuk memastikan bahwa Anak Obesitas adalah dengan mengenali ciri-ciri sebagai berikut :

  • Wajah bulat, pipi tembem, dan bahu rangkap
  • Leher relatif pendek
  • Perut buncit
  • Kedua pangkal paha bagian dalam saling menempel dan bergesekan
  • Pada Anak laki-laki dada membusung dan payudara sedikit membesar, serta penis mengecil (tidak terlihat secara utuh karena tertutup oleh timbunan lemak)
  • Pada Anak perempuan datangnya pubertas lebih dini yaitu usia kurang dari 9 tahun sudah mengalami menstruasi

Cara Mendeteksi Obesitas Pada Anak

Ada beberapa pemeriksaan untuk mengetahui status obesitas pada anak, antara lain:
– Pemeriksaan antropometri untuk menakar berat badan anak
– Pengukuran panjang badan atau tinggi badan anak
– Mengukur IMT atau indeks massa tubuh anak

Cara menghitung IMT menggunakan rumus berat badan seseorang dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m2). Sebagai gambaran, seseorang memiliki berat badan 65 kilogram dan tinggi badan 157 centimeter atau 1,57 meter. Dengan rumus IMT, berarti 65 dibagi 2,4649 (1,57 x 1,57). Hasil IMT-nya sama dengan 26,37. Dengan hasil tersebut, IMT-nya termasuk obesitas ringan.

Menurut Kementerian Kesehatan, ambang batas indeks massa tubuh (IMT) normal untuk masyarakat Indonesia berada di kisaran 18,5—25. Seseorang dianggap memiliki obesitas ringan apabila memiliki IMT antara 25,1—27 dan obesitas berat apabila memiliki IMT di atas 27. IMT tak hanya diketahui dengan menghitung secara manual. Anda juga bisa menggunakan kalkulator indeks massa tubuh atau body mass index (BMI) yang banyak tersedia secara daring.

Kebutuhan Kalori Anak per Hari

Pada dasarnya, kelebihan berat badan terjadi karena kalori yang masuk digunakan lebih sedikit. Untuk itu, salah satu untuk mengatasi obesitas pada anak dilakukan dengan mengurangi asupan kalori per hari. Namun, pengurangan kalori tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Pasalnya, anak butuh makanan tinggi nutrisi sebagai penunjang pertumbuhannya.

Berikut asupan kalori per hari berdasarkan Angka Kecukupan Gizi yang ditetapkan oleh Kemenkes RI lewat Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2013:

  • Usia 0-6 bulan: 550 Kkal per hari
  • Usia 7-11 bulan: 725 Kkal per hari
  • Usia 1-3 tahun: 1125 Kkal per hari
  • Usia 4-6 tahun: 1600 Kkal per hari
  • Usia 7-9 tahun: 1850 Kkal per hari

Jika usia anak sudah 10 tahun atau lebih, kebutuhan kalorinya akan dibedakan menurut jenis kelamin, antara lain:

Anak laki-laki

  • Usia 10-12 tahun: 2100 Kkal per hari
  • Usia 13-15 tahun: 2475 Kkal per hari
  • Usia 16-18 tahun: 2675 Kkal per hari

Anak perempuan

  • Usia 10-12 tahun: 2000 Kkal per hari
  • Usia 13-15 tahun: 2125 Kkal per hari
  • Usia 16-18 tahun: 2125 Kkal per hari

Dampak Obesitas pada Anak

Dampak obesitas pada anak bisa menyebabkan gangguan organ vital dan memicu penyakit kronis, antara lain:

  • Rentan terkena depresi
  • Percaya diri rendah
  • Berisiko terkena asma
  • Rentan terkena sleep apnea atau gangguan pernapasan saat tidur
  • Meningkatkan risiko penyakit jantung
  • Kadar kolesterol tinggi
  • Tekanan darah tinggi
  • Rentan terkena perlemakan hati atau fatty liver
  • Asam lambung kronis
  • Diabetes tipe 2
  • Artritis atau nyeri pada sendi
  • Kaki bengkok
  • Haid pertama lebih dini atau siklus haid tidak teratur

Tips Pola Asuh untuk Menghindari Obesitas pada Anak

  1. Mengembalikan kebiasaan makan sesuai usia. Mengatasi obesitas pada bayi usia 0-2 tahun berbeda dengan anak yang usianya lebih besar. Ini karena di masa 0-2 tahun ini, bayi sedang dalam proses pertumbuhan liner. Artinya, status gizi bayi di masa depan atau saat ia dewasa akan sangat ditentukan oleh kondisinya saat ini. Contohnya, jika usia bayi saat ini sudah masuk ke masa pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) tetapi porsi dan jadwal makan bayi di luar aturan normal, coba benarkan kembali. Berikan frekuensi serta porsi makan bayi yang tepat sesuai dengan usianya. Jika nantinya asupan kalori harian bayi perlu dikurangi, biasanya dokter atau ahli gizi akan membantu merencanakannya dengan baik. Hal ini bertujuan agar bayi tidak mengalami kekurangan zat gizi yang dapat menghambat tumbuh kembangnya. Namun, pastikan perubahan pola makan tersebut tidak membuat bayi susah makan.
  2. Berikan anak berbagai makanan dengan menu yang seimbang. Anak-anak membutuhkan setidaknya 5 porsi sayuran dan buah-buahan setiap hari. Hal ini untuk mencukupi kebutuhan vitamin dan mineral anak. Hal tersebut juga untuk mencukupi kebutuhan serat anak agar terhindar dari konstipasi. Makanan sumber protein diperlukan anak untuk membangun sel-sel dalam tubuh. Sementara karbohidrat diperlukan sebagai sumber energi.
  3. Konsumsi makanan rendah gula. Untuk mencegah dan mengatasi obesitas pada anak adalah membatasi pemberian gula pada makanan dan minuman si kecil. Sebagai contoh, memberikan susu rendah gula yang memiliki kandungan gizi yang lengkap. Susu rendah gula kaya akan kandungan asam omega 3 dan 6 yang mendukung perkembangan otak dan kecerdasan anak..
  4. Olahraga Bersama. Konsumsi kalori yang terlalu banyak dan tubuh yang tidak bergerak, bisa memicu obesitas pada si kecil. Anda bisa mengatasinya dengan melakukan olahraga atau aktivitas fisik bersama anak. Mengutip dari Kids Health, aktivitas fisik bisa membuat anak bergerak lebih aktif dan membakar kalori yang sudah dikonsumsi dalam sehari. Kegiatan fisik yang bisa dilakukan bersama anak seperti joging santai, berenang, bersepeda, atau berjalan santai saat pagi atau sore hari.
  5. Kurangi waktu menonton tv atau bermain gadget. Menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar dapat membuat anak menjadi malas untuk bergerak. Hal ini dapat membuat anak lebih mungkin untuk mengalami kenaikan berat badan. Oleh karena itu, Anda perlu membatasi waktu anak menonton tv, bermain video game, dan kegiatan lainnya. Sebaiknya waktu anak menonton tv tidak lebih dari dua jam dan tidak menaruh tv di kamar tidur anak.

Mengingat dampak masalah kesehatan akibat obesitas, orangtua sebaiknya tidak lagi menyepelekan ciri-ciri obesitas pada anak. Segera konsultasikan ke dokter jika mendapati beberapa gejala di atas.

Sumber :
https://health.kompas.com/read/2022/03/06/080100068/12-ciri-ciri-obesitas-pada-anak-orangtua-perlu-tahu?page=all
https://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/obesitas/apakah-anak-obesitas-yuk-kenali-ciri-ciri-anak-obesitas
https://hellosehat.com/parenting/kesehatan-anak/penyakit-pada-anak/obesitas-pada-anak/

Tentang Kan Jabung

Koperasi Agro Niaga Jabung (KAN Jabung Syariah Jawa Timur), sekarang memiliki ±2423 anggota aktif yang tergabung. Berlokasi di Jl. Suropati No.4-6, Ds. Kemantren, Kec. Jabung, Kab. Malang, Jawa Timur ini dinobatkan sebagai

Artikel Terbaru

Bersama KAN Jabung Syariah Jawa Timur, Berdaya Bersama. Siap Menjadi Wadah Hijrah dan Mimpi Semua Orang.

Gallery

Hubungi Kami

Jl. Suropati No. 4- 6 Ds. Kemantren, Kec. Jabung, Kab. Malang, Jawa Timur 65155

© 2020 Koperasi Produsen Agro Niaga Jabung Syariah Jawa Timur