Koperasi Agro Niaga Jabung Dukung Peningkatan Gizi Dan Swasembada Susu Peternak Sapi Kabupaten Malang

Seiringnya waktu, kebutuhan masyarakat akan konsumsi susu kian meningkat. Hal tersebut sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi, perbaikan tingkat pendidikan, kesadaran gizi, dan perubahan gaya hidup.

Tak salah, usaha ternak sapi menjadi solusi pengembangan ekonomi masyarakat sekaligus membuka lapangan pekerjaan khususnya bagi masyarakat pedesaan. Prospek beternak sapi saat ini pun kian menjanjikan dengan hadirnya teknologi pengemasan susu yang lebih modern dan higienis maupun produk turunan susu yang bernilai jual lebih tinggi, sehingga secara tidak langsung  mendongkrak pertumbuhan ekonomi mikro masyarakat.

Seperti halnya Miseno, yang terdongkrak ekonominya sejak beralih profesi menjadi peternak sap dan bergabung dengan koperasi susu demi meningkatkan daya jual susu. Cak Mis, begitu panggilan akrabnya merupakan profil sukses peternak sapi asal dusun Blandit desa Wonorejo kecamatan Singosari.

Bagi Miseno, menjadi petenak sapi  adalah berkah tersendiri yang patut ia syukuri, karena mengerek ekonominya setingkat lebih baik, jika dibandingkan sebelumnya, ketika Miseno berprofesi sebagai buruh tebang tebu atau buruh bangunan. Apalagi sejak Miseno bergabung dengan Koperasi Agro Niaga, KAN Jabung pada tahun 2007, kesejahteraan keluarganya turut terangkat. Seperti halnya koperasi yang dalam usahanya memang bersifat kekeluargaan, Miseno  menganggap pengurus dan anggota KAN Jabung sudah seperti keluarga. Miseno juga merasakan pelayanan yang diberikan oleh KAN Jabung untuk mengembangkan usaha ternak sapinya sudah lengkap dan baik. Terbukti sejak ia bergabung dengan KAN Jabung pada tahun 2007, dengan modal satu ekor induk, saat ini populasinya telah berkembang jumlahnya menjadi 13 ekor.

Miseno sendiri memiliki keunggulan terutama dalam bidang pengembangan skala usaha peternakannya. Sejak awal beternak Cak Mis sudah merencanakan segala sesuatunya dengan baik, bahkan untuk persiapan perluasan kandang ia memelihara sapi jantan sebanyak 2 ekor, yang jika ditaksir saat ini keduanya tidak kurang dari Rp 35.000.000,- untuk membangun palungan water ad-lib, biogas, mesin pencacah rumput dan kendaraan pengangkut rumput.

Anggota KAN Jabung yang memiliki no transaksi 2195 ini juga tak pelit membagi  kunci suksesnya, yaitu tidak pernah sama sekali ia menjual pedet betina dan sapi dara. Pedet betina dan sapi dara menurutnya adalah investasi yang tidak ternilai harganya dan sulit tergantikan oleh yang lain, maka dari itu semua pedet betina dan sapi dara yang ia miliki dipelihara sendiri dengan manajemen sederhana dan baik. Sehingga semua sapi yang dimiliki merupakan peranakan dari induk sapi sendiri.

Dirilis dari laman resmi Kementerian Perindustrian (Kemenperin), saat ini sebanyak 80 persen bahan baku industri pengolahan susu nasional masih bergantung impor. Hanya 20 persen bahan baku industri yang berasal dari pasokan susu peternak dalam negeri. Tercatat pada 2020, kebutuhan bahan baku susu industri dalam negeri sebanyak 3,85 juta ton (setara susu segar). Sementara, pasokan susu lokal hanya mampu memenuhi sebanyak 850 ribu ton. Sisanya, sebanyak tiga juta ton bahan baku lainnya dipenuhi dari luar negeri. Adapun susu segar diimpor dari berbagai negara dalam bentuk skim milk, whole milk, anhydrous milk fat, buttermilk, serta whey.

Disisi lain, kepemilikan sapi perah peternak rakyat hanya 2 sampai 3 ekor sehingga hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar. Sementara tingkat kepemilikan ideal skala usaha yaitu 7-10 ekor sapi/peternak. Masih kecilnya populasi sapi perah di Indonesia berimbas pada rendahnya ketersediaan pasokan susu segar di dalam negeri. Selain itu, meningkatnya investasi di sektor industri pengolahan susu, menyebabkan kebutuhan bahan baku selama enam tahun terakhir rata-rata tumbuh 4%, sedangkan produksi susu segar hanya tumbuh 2,6%.

Masih dilansir dari laman yang sama, laju pertumbuhan produksi susu segar di Indonesia saat sekarang, baik itu dari peternak rakyat maupun dari peternakan sapi perah modern yang terintegrasi, faktanya belum dapat mengejar laju pertumbuhan kebutuhan bahan baku industri pengolahan susu, sehingga menyebabkan gap antara produksi susu segar dan kebutuhan bahan baku industri pengolahan susu yang semakin melebar setiap tahunnya.

Selain itu, terbatasnya lahan untuk kandang dan pakan hijauan untuk peternak rakyat juga menjadi penghambat. Di sisi lain, rasio biaya pakan dengan hasil produksi susu masih tinggi masih ditambah tingginya biaya pembesaran anakan sapi sampai laktasi mencapai Rp20 juta per ekor.

Maka terkait hal tersebut, program kemitraan adalah solusi dan sinergi yang baik dalam mengatasi berbagai tantangan yang ada. Upaya ini dapat diwujudkan melalui pengembangan dan penguatan program kemitraan dan kolabirasi yang apik yang saling menguntungkan antara industri pengolahan susu dengan koperasi maupun peternak sapi perah lokal.

Apabila kinerja industri pengolahan susu di dalam negeri dapat tumbuh gemilang, akan membawa dampak positif terhadap kinerja sektor manufaktur khususnya industri makanan dan minuman, bahkan juga perekonomian nasional. Sebab, Indonesia berpotensi memiliki sumber daya alam yang berlimpah dan permintaan domestik yang terus meningkat. Industri pengolahan susu juga membuka peluang tumbuhnya wirausaha baru untuk menjadi peternak sapi perah lokal.

Selanjutnya, adalah program regenerasi peternak muda yang berfokus untuk melahirkan peternak muda yang dapat meneruskan dan memastikan keberlanjutan peternakan skala rumah tangga dan usaha berbasis susu melalui peningkatan keterampilan peternak muda melalui serangkaian pelatihan yaitu; kegiatan pelatihan budidaya ternak sapi perah, pelatihan business plan usaha ternak, pelatihan inovasi pakan; serta penyediaan stimulasi teknologi pertanian dan pembuatan platform pembelajaran digital.

Saat ini para peternak khususnya peternak muda dihadapi dalam situasi transisi peternakan modern, dimana sistem konvensional juga masih dijalankan, namun penerapan metode penggunaan alat modern berbasis teknologi sudah banyak dilakukan.

Melakukan budidaya menuju modern, banyak juga unsur positifnya seperti menggunakan mesin perah otomatis. Pengunaan teknologi ini berdampak pada efisiensi tenaga yang dikeluarkan, membuat pekerjaan lebih cepat dan aspek kebersihan yang terjaga.

Lebih jauh,  transformasi penerimaan susu segar dari sistem manual menjadi sistem digital yang disebut Milk Collecting Point (MCP). MCP merupakan tempat penampungan susu segar dengan cara modern atau penerimaan susunya telah memanfaatkan sistem teknologi industri 4.0, di mana input data penerimaan susu segar dilakukan menggunakan sistem barcode berdasarkan ID yang dimiliki masing-masing peternak.

Manfaat yang diperoleh dengan dilakukannya transformasi digital melalui pembangunan MCP antara lain adalah meningkatkan kualitas susu segar dan menjaga cemaran bakteri patogen melalui uji Total Plate Count (TPC) tetap rendah. Selain itu, memotivasi peternak untuk meningkatkan produksi susu, mempercepat proses pembayaran susu ke peternak, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat maupun peternak.

Koperasi susu juga ikut memperoleh manfaat, yaitu meningkatnya jumlah dan kualitas susu segar membuat koperasi menjadi berkembang investasinya, dan hasil usaha yang bisa diberikan ke anggota khususnya peternak dapat lebih besar. Melalui MCP ini juga, dapat dipantau kualitas susu segar dengan baik dari hasil perahan para peternak lokal.

Salah satu pemasok susu sapi nasional adalah Provinsi Jawa Timur. Pada tahun 2018, populasi sapi perah di Provinsi Jawa Timur sebesar 280 ribu ekor. Dengan jumlah sapi perah tersebut, Provinsi Jawa Timur mampu menghasilkan 508 ribu ton produksi susu sapi atau sama dengan 55,94% produksi susu sapi nasional. Oleh sebab itu, Provinsi dengan 50 koperasi susu ini menjadi penyumbang terbesar produksi susu sapi untuk Indonesia.

Jika Provinsi Jawa Timur adalah provinsi penyumbang produksi susu sapi terbesar nasional, maka di tingkat kabupaten ada Kabupaten Malang yang menyumbang produksi susu sapi terbesar di Indonesia dengan jumlah populasi sapi perah mencapai sekitar 87 ribu ekor, sementara produksi susu yang dihasilkan mencapai sekitar 442,586 ton susu per hari.

Terkait hal tersebut, dalam kunjungannya, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KemenKopUKM) mendukung Koperasi Agro Niaga (KAN) Jabung di Malang, Jawa Timur, untuk meningkatkan produksi susu segar dan memperbaiki manajemen usaha agar semakin profesional.

Menurut pak Teten, persoalan yang dihadapi oleh para peternak sapi perah bisa diatasi melalui koperasi, sehingga koperasi bisa menjadi satu model korporatisasi petani yang beranggotakan yang berbasis peternak kecil, dan skala ekonominya akan terbentuk dengan baik.

Sebagai informasi, Koperasi Agro Niaga (KAN) JABUNG Kabupaten Malang merupakan salah satu koperasi modern yang berdiri sejak tahun 1980 di Jl.Suropati 4-6 Kemantren, kecamatan Jabung Kabupaten Malang. KAN Jabung sekarang berkembang pesat menjadi salah satu pusat penggerak perekonomian masyarakat Kecamatan Jabung dan sekitarnya.  Koperasi Agro Niaga Jabung (KAN Jabung Syariah Jawa Timur)  saat ini memiliki ±2434 orang anggota.

Sempat didera krisis  manajemen hingga nyaris kolaps tak surutkan langkah punggawa koperasi tersebut untuk terus melangkah kedepan. Dengan komitmen kembali ke jati diri koperasi sembari menata ulang penerapan nilai-nilai dan prinsip-prinsip koperasi, maka pada tahun 1998, KUD JABUNG resmi merubah namanya menjadi KOPERASI AGRO NIAGA JABUNG atau KAN JABUNG. Selanjutnya, perbaikan demi perbaikan dan pengembangan yang terus menerus menjadi tekad yang dipegang teguh oleh pengurus, manajemen dan pengawas.

Kendati bisnis intinya peternakan sapi perah, KAN Jabung juga menjalankan bisnis pendukung lain. Sedikitnya ada delapan lini usaha yang mencakup bisnis pengolahan limbah yang diubah menjadi biogas, bengkel dan angkutan, sarana produksi pertanian (saprotan) yang menyediakan puput, bibit, dan obat-obatan bagi petani, hingga bisnis tebu rakyat.

Selain itu, KAN Jabung juga memiliki  Unit Susu Olahan, yang mampu menyerap produksi susu anggota untuk diolah menjadi produk susu olahan berkualitas, sehingga  memberikan tambahan nilai bagi anggota. JABmilk sejauh ini dikenal mampu menghasilkan produk susu olahan yang telah bersertifikasi bersertifikasi BPOM, Halal, NKV dan mempunyai sertifikasi manajemen ISO 22000. Bisnis ini didirikan agar KAN Jabung dapat memberikan harga yang kompetitif di tingkat Anggota.

Saat ini JABmilk memproduksi susu pasteurisasi dengan empat varian rasa melon, original, strawberry dan coklat. Sedangkan yogurt dan yogurt drink ada tujuh varian rasa yakni, leci, original, melon, sirsak, strawberry, anggur dan jeruk) dan telah tersebar di Jawa, Bali, Banjarmasin serta Mataram.

Sementara itu, Presiden Direktur KAN Jabung Syariah, Eva Marliyanti SP, berharap JABmilk bisa menjadi produk pilihan susu di Indonesia sesuai visi Unit Susu Olahan, dimana jajaran manajemen terus melakukan peningkatan kinerja secara kreatif dan inovatif guna memelihara dan mengembangkan sistem manajemen keamanan pangan dan varian produk.

Demikian selanjutnya, bagi KAN Jabung merupakan hal wajib untuk mengimpelentasikan setiap rencana strategis secara tepat pada bisnis-bisnis yang dikelolanya. JABmilk digadang-gadang akan merambah pasar nasional ini secara konsisten menjaga kualitas dan meningkatkan inovasi terhadap produk-produk yang dihasilkan.

Tak mengherankan, wajah baru KAN Jabung saat ini diwarnai dengan upaya-upaya peningkatan kapasitas baik dari segi bisnis maupun organisasi. Hal ini dibuktikan dengan giatnya KAN Jabung untuk menyempurnakan dan mengimplementasikan Sistem Manajemen Mutu dan upaya-upaya peningkatan kualitas SDM Anggota. Segenap potensi yang dimiliki KAN Jabung dimaksimalkan demi tercapainya koperasi yang berdaya saing. Wujud nyata atas upaya ini terlihat dari tumbuhnya dan berkembangnya unit-unit usaha yang dimiliki KAN Jabung. Sebagai contoh dibukanya pusat produksi pakan ternak berskala nasional  dengan brand “JAB FEED” sehingga diharapkan mampu membuat KAN Jabung dapat memenuhi kebutuhan pakan ternak berkualitas bagi usaha peternakan sapi dalam skala nasiona dengan harga terjangkau.

Kesimpulannya, bahwa peningkatan produksi susu bukan hanya bisa dilakukan dengan cara memberikan pakan ternak yang berkualitas atau pembibitan yang baik. Tetapi harus pula meningkatkan  kualitas peternaknya tata kelola dan tata laksana peternakan yang baik (Good Dairy Farming Practice-GDFP) serta pemanfaatan teknologi tepat guna.  Apabila produktivitas dan kualitas susunya sudah baik, kesejahteraan peternak juga akan ikut naik, dapat dipastikan industri bisa beroperasi optimal karena adanya ketersediaan bahan baku, serta meningkatkan investasi dalam memenuhi kebutuhan susu baik di pasar domestik maupun pasar ekspor.

Tulisan Karya :
Era Sofiyah – Peserta Favorit Lomba Menulis Artikel dengan tema “Aku dan KAN Jabung”

Tentang Kan Jabung

Koperasi Agro Niaga Jabung (KAN Jabung Syariah Jawa Timur), sekarang memiliki ±2423 anggota aktif yang tergabung. Berlokasi di Jl. Suropati No.4-6, Ds. Kemantren, Kec. Jabung, Kab. Malang, Jawa Timur ini dinobatkan sebagai

Artikel Terbaru

Bersama KAN Jabung Syariah Jawa Timur, Berdaya Bersama. Siap Menjadi Wadah Hijrah dan Mimpi Semua Orang.

Gallery

Hubungi Kami

Jl. Suropati No. 4- 6 Ds. Kemantren, Kec. Jabung, Kab. Malang, Jawa Timur 65155

© 2020 Koperasi Produsen Agro Niaga Jabung Syariah Jawa Timur