Quarter life crisis atau disingkat QLC adalah masa-masa krisis emosional yang umumnya terjadi di usia sekitar 25 tahunan. Dari istilahnya saja kamu sudah bisa menebak dong, Sobat – quarter. Meski begitu, quarter life crisis tidak harus dan selalu terjadi saat kamu berusia 25 tahun. Sebagian kita mengalaminya jauh lebih muda, mungkin di usia 18 tahun, sedangkan sebagian lagi mungkin mengalami quarter life crisis setelah lewat usia 30 tahun.
Kenapa disebut quarter life crisis? Apakah berarti ada midlife crisis? Iya, secara teori memang ada midlife crisis, Sobat Pintar. Sejak awal tahun 1980an, istilah midlife crisis muncul dan kita mengenalnya sebagai krisis paruh baya. Walaupun tidak pernah benar-benar diakui secara resmi sebagai sebuah diagnosis, midlife crisis biasanya terjadi pada rentang usia 37 sampai 57 tahun. Dengan demikian, dapat diduga bahwa rentang usia quarter life crisis berada di bawah midlife crisis.
Kenapa terjadi krisis di usia muda? Krisis emosional yang terjadi pada usia sekitar 25 tahun biasanya dipicu oleh keharusan kita untuk membuat keputusan jangka panjang seperti pilihan jurusan kuliah ataupun karier. Perubahan hidup untuk merantau dan menjadi lebih mandiri juga bisa menjadi sebab-musabab quarter life crisis. Kamu mulai serius dengan pacar, dan sedang mendiskusikan rencana menikah, atau justru putus setelah menjalin hubungan bertahun-tahun? Itu juga bisa menimbulkan quarter life crisis.
Oke, kita sudah tahu lebih banyak beberapa fakta tentang quarter life crisis. Lantas, krisis emosional macam apa yang terjadi dalam quarter life crisis itu? Bagaimana campuraduknya perasaan kita saat mengalami quarter life crisis?
Karena berkaitan dengan emosi individu, hampir mustahil bila setiap orang mengalami quarter life crisis yang sama persis. Namun beberapa tanda ketika seseorang mengalami quarter life crisis adalah sebagai berikut.
1. Bingung dengan tujuan hidup dan masa depan
Di usia lulus sekolah, kuliah, hingga memasuki usia dewasa muda dan mulai bekerja, kita cukup terganggu dengan pertanyaan-pertanyaan seperti “Kamu mau jadi apa? Pilih kuliah di mana, jurusan apa? Pengin kerja apa, di mana?” Berharap banget ga sih, seandainya saja jawaban dari pertanyaan-pertanyaan kayak gitu bisa di-auto-generate aja.
2. Iri dan insecure dengan kehidupan orang lain
Udah lah kita galau dengan isi kepala sendiri, Om atau Tante sok asyik aja nanyain, “Kapan wisuda? Itu si Nindy udah kerja, udah nikah, kamu kapan?” Tanpa ditanya pun, kita udah lihat di media sosial si Nindy ini, Nindy itu, dan Nindy-Nindy yang lain lulus SNMPTN, lulus SBMPTN, kuliah di kampus favorit, kerja di SCBD, menikah, punya baby yang lucu, punya rumah yang instagramable, dan seterusnya. Sementaranya kamu? Begini-begini aja.
3. Galau, cemas, khawatir, overthinking
Saking insecure-nya, kita sering terganggu dengan perasaan-perasaan seperti “Kayaknya ada yang ngga bener deh, tapi mesti gimana? Mulai benerinnya dari mana?” Tak jarang seseorang yang mengalami quarter life crisis sampai mengalami insomnia dan kurang bersemangat dalam menjalani hari-harinya tanpa benar-benar tahu apa masalah yang sesungguhnya.
Sekali lagi, quarter life crisis yang dialami setiap orang hampir tidak pernah benar-benar sama persis. Emosi setiap orang tentu berbeda-beda. Namun pada umumnya, quarter life crisis membuatmu merasa kosong, tertekan, kesepian, cemas, bingung. Rasa khawatir yang terus datang bagai ombak dan lama-kelamaan menggunung dapat membuatmu terjebak dalam ketakutan hingga depresi. Dalam taraf ini, dampak quarter life crisis tidak dapat disepelekan.