Susu merupakan salah satu produk hewani paling penting yang dikonsumsi oleh berbagai kalangan usia. Sebagai sumber kalsium, protein, dan vitamin D, susu berperan besar dalam menjaga kesehatan tulang dan sistem imun. Namun, tidak semua susu diproduksi dengan cara yang sama. Di pasaran, kita mengenal dua jenis utama: susu organik dan susu konvensional. Meski secara tampilan keduanya terlihat serupa, proses produksi di baliknya sangat berbeda, terutama dalam hal perawatan sapi perah, pakan, serta pengolahan susunya.
Artikel ini membahas secara mendalam bagaimana perbedaan proses produksi kedua jenis susu tersebut, serta dampaknya terhadap kualitas dan nilai gizi produk akhir.
Peran Sapi Perah dalam Produksi Susu
Sumber utama dari semua jenis susu adalah sapi perah, seperti ras Friesian Holstein, Jersey, atau Simmental. Sapi perah dipelihara khusus karena kemampuannya menghasilkan susu dalam jumlah besar secara konsisten. Dalam sistem peternakan, perawatan sapi perah memiliki pengaruh langsung terhadap kualitas dan keamanan susu yang dihasilkan.
Pada peternakan organik, sapi perah tidak hanya dinilai dari produktivitasnya, tapi juga dari kesejahteraannya secara menyeluruh. Sebaliknya, peternakan konvensional cenderung lebih fokus pada efisiensi produksi.
Sistem Pemeliharaan dan Kesejahteraan Sapi
Susu Organik
Sapi perah dalam sistem organik dipelihara dengan prinsip kesejahteraan hewan:
-
Diberikan akses harian ke padang rumput terbuka (pasture-based grazing).
-
Tidak diperbolehkan pemberian hormon pertumbuhan atau antibiotik secara rutin.
-
Lingkungan kandang harus bersih, luas, dan nyaman.
-
Sapi diperlakukan secara etis, dengan stres seminimal mungkin.
Susu Konvensional
Peternakan konvensional biasanya menggunakan sistem intensif:
-
Sapi lebih sering dikandangkan untuk memaksimalkan produksi.
-
Penggunaan hormon dan antibiotik diperbolehkan sesuai standar keamanan pangan.
-
Akses ke lahan terbuka bisa terbatas.
-
Kesejahteraan sapi tetap diperhatikan, tapi lebih fleksibel dibanding standar organik.
Pakan Ternak: Organik vs Konvensional
Sapi Organik
-
Mendapatkan pakan alami seperti rumput segar, jerami, dan tanaman organik.
-
Dilarang mengonsumsi pakan yang mengandung bahan kimia sintetis, pestisida, atau GMO.
-
Sumber air minum juga diperhatikan agar bebas dari kontaminasi bahan berbahaya.
Sapi Konvensional
-
Mendapatkan pakan campuran berupa konsentrat, dedak, jagung, kedelai, dan vitamin tambahan.
-
Pakan sering kali berasal dari pertanian konvensional yang menggunakan pestisida dan pupuk sintetis.
-
Tujuannya adalah untuk meningkatkan produksi susu dengan biaya rendah.
Penggunaan Obat, Antibiotik, dan Hormon
Penggunaan zat tambahan seperti antibiotik dan hormon sangat membedakan susu organik dari susu konvensional.
-
Organik: Penggunaan antibiotik hanya dalam kondisi darurat. Jika sapi diobati dengan antibiotik, susunya tidak lagi boleh dijual sebagai organik.
-
Konvensional: Antibiotik dan hormon bisa digunakan sesuai standar keamanan, dan susu tetap bisa dijual setelah melalui masa penarikan (withdrawal period) untuk memastikan residu hilang.
Proses Pemerahan dan Standar Kebersihan
Baik susu organik maupun konvensional diperah dengan alat modern dan higienis. Namun, standar dokumentasi dan kontrol kualitas berbeda.
-
Organik: Harus mencatat secara detail setiap pemerahan, pakan, dan perlakuan medis pada sapi. Peralatan dicuci dengan bahan ramah lingkungan.
-
Konvensional: Pemerahan dilakukan efisien dalam skala besar, dan sistem dokumentasi lebih longgar.
Kebersihan sapi perah, terutama pada ambing (puting susu), sangat krusial karena mempengaruhi kualitas mikrobiologi susu mentah.
Proses Pengolahan dan Sertifikasi
Susu Organik
-
Hanya boleh diolah di fasilitas khusus yang tidak mencampur dengan susu non-organik.
-
Tidak boleh menggunakan bahan tambahan sintetis seperti pengawet atau pewarna.
-
Wajib mendapatkan sertifikasi organik dari lembaga resmi seperti USDA Organic, EU Organic, atau INOFICE (Indonesia).
Susu Konvensional
-
Pengolahan dilakukan secara massal di pabrik dengan teknologi pasteurisasi, UHT, atau sterilisasi.
-
Boleh menggunakan zat tambahan sesuai batasan BPOM.
Dampak Terhadap Lingkungan dan Kesehatan
Produksi susu organik cenderung lebih ramah lingkungan karena tidak menggunakan bahan kimia sintetis dan memperhatikan keseimbangan ekosistem. Selain itu, konsumen yang menghindari residu antibiotik atau hormon lebih memilih susu organik.
Produksi susu konvensional, di sisi lain, lebih efisien dan mampu memenuhi kebutuhan pasar yang lebih luas. Namun, sistem intensif bisa menimbulkan tekanan pada lingkungan jika tidak dikelola dengan baik, seperti pencemaran limbah atau penggunaan pestisida.
Harga dan Nilai Ekonomi
-
Susu Organik: Harga lebih mahal karena biaya produksi tinggi, perawatan sapi perah yang lebih kompleks, serta proses sertifikasi.
-
Susu Konvensional: Harga lebih terjangkau, didukung oleh sistem produksi massal dan distribusi luas.
Kesimpulan
Perbedaan utama antara susu organik dan susu konvensional terletak pada filosofi peternakan dan proses produksinya. Susu organik menawarkan transparansi, etika dalam pemeliharaan sapi perah, serta keamanan pangan yang tinggi. Di sisi lain, susu konvensional menjadi pilihan praktis dengan harga yang bersahabat dan ketersediaan luas.
Bagi konsumen, pilihan antara keduanya bergantung pada prioritas—apakah lebih menekankan pada kesehatan, keberlanjutan, dan etika, atau pada efisiensi dan keterjangkauan.