Sapi perah merupakan ternak perah yang paling berperan dalam pemenuhan kebutuhan susu nasional. Namun, karena produktivitasnya yang masih rendah terutama sapi perah lokal, belum mampu memenuhi kebutuhan bahan baku susu yang diminta sehingga ketergantungan impor susu masih sangat tinggi. Untuk itu diperlukan Penyediaan replacement stock yang berkualitas melalui pemeliharaan yang baik. Terdapat cara yang berbeda dalam pemeliharaan tingkatan umur sapi perah. Salah satu diantaranya adalah pemeliharaan sapi dara.
Pemeliharaan sapi dara dilakukan dari mulai pedet lepas sapih hingga siap kawin dan bunting. Kemampuan sapi dara dalam melahirkan anak serta berproduksi sangat dipengaruhi oleh cara pemeliharaan dan pemberian makanannya. Seringkali pemeliharaan anak-anak sapi setelah tidak disusui diabaikan sehingga pertumbuhan sapi-sapi dara tidak memuaskan. Karena sapi masih dalam masa pertumbuhan (sampai 4-5 tahun) maka jeleknya pemeliharaan ini antara lain dapat berakibat kontet, umur beranak pertama lambat, produksi susunya di kemudian hari akan mengecewakan.
Sapi dara dapat dikawinkan untuk pertama kali setelah sapi itu berumumr 16-18 bulan (dengan catatan bila besar badannya telah cukup besar). Pada umur 2 ½ tahun sapi tersebut sudah beranak. Untuk sapi dara karena masih dalam periode pertumbuhan maka 3 bulan sebelum melahirkan harus diberi makan yang lebih baik. Untuk itu, sapi dara bunting 5 bulan harus dipindahkan ke farm khusus. Dengan cara ini produksi susu dapat diharapkan cukup banyak.
Perawatan pada periode pertumbuhan sangat penting dalam manajemen sapi perah karena dengan perawatan sedini mungkin mulai pada periode pertumbuhan, maka produksi susu yang baik dan optimal akan tercapai saat periode sapi laktasi. Produksi yang baik dan optimal akan tercapai bilamana sapi tersebut memiliki kondisi tubuh yang sehat, kaki kuat, perkembangan ambing yang baik dan kemampuan makan sapi yang baik juga. Kondisi prima yang diharapkan ini akan tercapai bilamana sapi mempunyai alat pencernaan yang besar dan kuat. Oleh karena itu, perlu dibuat metode bagaimana caranya agar memiliki kaki yang kuat, ambing yang baik dan alat pencernaan yang berkembang sesuai dengan pertumbuhannya dengan cara memelihara sapi perah sejak lahir secara terprogram.
Ketika sapi masih pedet perlu penanganan yang penuh ketelitian. Pedet yang baik, memiliki bobot lahir 31,5 sampai 51,5 kg, dengan bulu yang mengkilat, dan kondisinya sehat. Selain kelahiran yang baik, manajemen penanganan setelah lahir juga sangat penting, diantaranya: 1) Memeriksa alat pernafasannya sesegera mungkin; 2) Memotong tali pusar dengan menyisakan 2 cm dari pangkal pusar dan diberikan desinfektan tali pusar dengan menggunakan yodium tintur 10% untuk mencegah peradangan; 3) Segera memberikan kolostrum secepat mungkin dalam 1 jam setelah melahirkan; 4) Pisahkan pedet dari induknya dan tempatkan di kandang khusus untuk pedet.
Kolostrum adalah susu yang keluar setelah melahirkan. Peternak wajib memeberikan kolostrum sesegera mungkin pada pedet karena kolostrum menyediakan zat antibodi bagi pedet, sehingga melindungi pedet yang baru lahir terhadap infeksi. Zat antibodi pada kolostrum ini sangat mudah diserap oleh tubuh pedet yang baru lahir. Jumlah pemberian kolostrum adalah sebanyak 10% bobot lahir dan minimum 2 liter, walaupun kolostrummemiliki nilai gizi yang tinggi dan manfaat untuk kekebalan bila diberikan pada waktu yang salah (misalnya diberikan kepada pedet setelah 24 jam dari lahir) maka tidak akan banyak memberikan manfaat bagi pedet tersebut. Cara pemberian kolostrum pertama kali kepada pedet adalah diajari menggunakan ember yang bersih dengan bantuan jari tangan kita sebagai pengganti puting susu.