Inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Deflasi merupakan kebalikan dari inflasi, yakni penurunan harga barang secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya.
Inflasi yang tinggi akan menjadi beban bagi semua pihak. Dengan inflasi, maka daya beli suatu mata uang menjadi lebih rendah atau menurun. Dengan menurunnya daya beli mata uang, maka kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik barang maupun jasa akan semakin rendah. Laju inflasi yang tidak stabil akan menyulitkan perencanaan bagi dunia usaha, tidak mendorong masyarakat untuk menabung dan melakukan investasi, menghambat perencanaan pembangunan oleh pemerintah, merubah struktur APBN maupun APBD dan berbagai dampak negatif lain yang tidak kondusif bagi perekonomian secara keseluruhan.
Perhitungan inflasi dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dengan memanfaatkan data Indeks Harga Konsumen (IHK). Angka indeks tersebut disusun dengan memperhitungkan sejumlah barang dan jasa yang akan digunakan untuk menghitung besarnya angka laju inflasi. Berdasarkan the Classification of Individual Consumption by Purpose (COICOP), IHK dikelompokkan ke dalam tujuh kelompok, yaitu :
- Bahan makanan
- Makanan jadi, minuman, dan tembakau
- Perumahan
- Sandang
- Kesehatan
- Pendidikan dan olahraga
- Transportasi dan komunikasi
Faktor Penyebab Inflasi
Inflasi merupakan suatu masalah ekonomi yang sangat besar khususnya bagi negara-negara berkembang. Sumber inflasi di negara berkembang berasal dari beberapa faktor, seperti defisit anggaran belanja pemerintah yang kemudian berdampak pada peningkatan jumlah uang beredar. Dilihat dari faktor-faktor utama yang menyebabkan inflasi, inflasi dapat disebabkan dari sisi permintaan (demand push inflation), sisi penawaran (cost pull inflation), dan ekspektasi inflasi, maupun gabungan dari ketiga faktor tersebut.
- Demand Pull Inflation
Inflasi yang disebabkan oleh permintaan timbul karena adanya pertambahan jumlah uang beredar dalam jangka pendek. Bertambahnya jumlah uang beredar mengakibatkan suku bunga mengalami penurunan sehingga jumlah konsumsi dan investasi meningkat secara keseluruhan. Dengan adanya peningkatan permintaan maka secara otomatis mendorong peningkatan harga-harga secara keseluruhan. Kejadian tersebut, disebut sebagai inflasi permintaan atau demand pull inflation.
- Cost Push Inflation
Inflasi penawaran adalah inflasi yang disebabkan faktor penawaran yang memicu kenaikan harga penawaran atas suatu barang, termasuk barang-barang yang harus diimpor, serta harga barang-barang yang dikendalikan oleh pemerintah seperti kenaikan harga minyak dunia, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan kenaikan tarif dasar listrik (TDL).
- Inflasi Campuran (Mixed Inflation)
Inflasi campuran merupakan inflasi yang disebabkan oleh kenaikan permintaan dan kenaikan penawaran, perilaku permintaan dan penawaran tidak seimbang ataupun permintaan terhadap barang dan jasa bertambah. Hal tersebut mengakibatkan faktor produksi dan persediaan barang menjadi turun. Sementara, substitusi atau barang pengganti terbatas atau bahkan tidak ada. Keadaan seperti itu pada akhirnya akan menyebabkan harga-harga menjadi naik.
- Inflasi Ekspektasi (Expexted Inflation)
Inflasi ekspektasi adalah inflasi yang terjadi akibat adanya perilaku masyarakat secara umum yang bersifat adatif atau foward looking. Dalam hal ini, masyarakat menilai bahwa di masa yang akan datang kondisi ekonomi menjadi semakin baik dari masa sebelumnya. Harapan masyarakat tersebut dapat menyebabkan terjadinya demand pull inflation maupun cost push inflation, tergantung pada harapan masyarakat dan kondisi persediaan barang dan faktor produksi saat itu dan masa mendatang.
Dampak Inflasi
Terdapat sejumlah dampak positif dan negatif inflasi terhadap negara yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan perekonomian masyarakat. Berikut beberapa dampak inflasi, dikutip dari Rumah Belajar Kemdikbud :
- Dampak Inflasi Terhadap Pendapatan
Inflasi yang terkendali akan meningkatkan kegiatan perekonomian warga di suatu negara. Salah satu contohnya, inflasi akan mendorong berkembangnya ekonomi karena permintaan barang dan jasa meningkat sehingga membuat harganya naik. Hal tersebut dapat mendorong para pengusaha memperluas produksi sehingga memberikan lapangan kerja baru.
Namun, bagi masyarakat yang penghasilannya tetap atau tidak meningkat dari tahun ke tahun, inflasi akan membuatnya rugi. Alasannya, total pendapatan yang tetap itu jika ditukarkan dengan barang dan jasa, maka hasil yang didapatnya akan lebih sedikit. Contohnya, seseorang yang memiliki uang Rp 100.000 di tahun 2000 dapat membeli banyak barang di pusat perbelanjaan. Hal itu akan berbeda jika seseorang tersebut memiliki jumlah uang yang sama di tahun 2022, barang yang akan didapatkannya di tempat belanja yang sama akan jauh lebih sedikit.
- Dampak Inflasi Terhadap Perekonomian Nasional
Inflasi dapat berdampak pada banyak hal dari segi perekonomian nasional, antara lain :
- Investasi berkurang
- Mendorong tingkat bunga
- Mendorong penanam modal yang bersifat spekulatif
- Menciptakan kegagalan pelaksanaan pembangunan
- Menciptakan ketidakpastian keadaan ekonomi pada masa yang akan dating
- Menyebabkan daya saing produk nasional berkurang
- Menimbulkan defisit neraca pembayaran; dan pada akhirnya
- Mengakibatkan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat
- Dampak Inflasi Menurunkan Minat Menabung
Inflasi akan membuat minat menabung kebanyakan orang berkurang karena nilai uang yang yang terus menurun. Saat inflasi, pendapatan dari bunga tabungan relatif lebih kecil, di sisi lain nasabah mesti membayar biaya administrasi tabungannya.
- Dampak Inflasi Terhadap Kreditur dan Debitur
Saat terjadi inflasi, debitur atau orang yang berutang dengan bunga pinjaman tetap akan diuntungkan karena bunga yang ditanggungnya menurun seiring menurunnya nilai mata uang. Sementara itu, bagi kreditur atau yang meminjamkan uang, mereka akan mengalami kerugian karena nilai mata uangnya yang kelak dikembalikan lebih rendah daripada saat dipinjamkannya.
- Dampak Inflasi Bagi Produsen
Inflasi umumnya akan berdampak baik bagi pengusaha besar dan berdampak buruk bagi pengusaha kecil. Inflasi akan berdampak positif bagi produsen yang memiliki pendapatan lebih tinggi dari kenaikan biaya produksi. Namun, hal ini berbanding terbalik jika produsen merasa inflasi membuat biaya produksinya membengkak dan membuatnya rugi sehingga memilih tidak meneruskannya.
Cara Mengatasi Inflasi
Kebijakan moneter Bank Indonesia ditujukan untuk mengelola tekanan harga yang berasal dari sisi permintaan agregat (demand management) relatif terhadap kondisi sisi penawaran. Kebijakan moneter tidak ditujukan untuk merespons kenaikan inflasi yang disebabkan oleh faktor yang bersifat kejutan dan bersifat sementara (temporer) yang akan hilang dengan sendirinya seiring dengan berjalannya waktu. Sementara itu, inflasi juga dapat dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari sisi penawaran ataupun yang bersifat kejutan (shocks) seperti kenaikan harga minyak dunia dan adanya gangguan panen atau banjir. Dari bobot dalam keranjang IHK, bobot inflasi yang dipengaruhi oleh faktor penawaran dan kejutan diwakili oleh kelompok volatile food dan administered prices yang mencakup kurang lebih 40% dari bobot IHK.
Secara umum terdapat 3 cara pemerintah untuk mengatasi inflasi, yaitu :
- Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter meliputi 5 hal: (i) kebijakan diskonto yakni menaikkan suku bunga; (ii) kebijakan pasar terbuka dengan menjual surat berharga (SBI); (iii) kebijakan pembatasan kredit dengan mengatasi pemberian pinjaman; (iv) Mengurangi uang yang beredar; dan (v) kebijakan giro wajib minimum dengan menaikkan cadangan kas.
- Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal atau kebijakan anggaran adalah kebijakan yang dilakukan pemerintah dengan mengubah penerimaan dan pengeluaran negara. Pengeluaran pemerintah (APBN) dan penetapan tarif pajak akan diatur dalam kebijakan ini.
- Kebijakan Non Moneter dan Non Fiskal
Kebijakan ini meliputi: (i) mengatur peningkatan produksi dan jumlah barang dipasar; (ii) kebijakan upah dengan menaikkan upah riil yang sudah memperhitungkan inflasi; dan (iii) pengendalian dan pengawasan harga, misalnya pemerintah menetapkan kebijakan harga maksimum atau minimum.